SELAMA ratusan tahun kita telah terkungkum oleh teori-teori dan aturan-aturan barat, sehingga kita sebagai manusia yang berasal dari belahan dunia bagian timur merasa bahwa semua yang dikatakan orang-orang(ilmuwan-ilmuwan) Eropa atau orang-orang Amerika itu tidak dapat disangkal atau disalahkan sebagai contoh kecil adalah ilmu sejarah dan arkeologi.
Kedatangan ilmuwan barat untuk meneliti peradaban, kebudayaan, kesenian daerah di Indonesia sudah terjadi pada masa penjajahan Belanda di Nusantara dan ternyata penelitian bangsa barat terhadap sajarah Indonesia juga di amini oleh para pakar sejarah dan arkeologi di Indonesia, tanpa mencoba untuk berani mencari bukti-bukti tentang peradaban bangsa nusantara jauh ribuan tahun yang lalu.
Indonesia selama ini dianggap sebagai Negara kelas 3 dan peradaban manusia di nusantara dimulai kurang lebih abad 1-5 M patut untuk dipertanyakan kembali, mengingat berbagai bukti bahwa bangsa Indonesia dan manusia yang hidup di nusantara sudah jauh mengenal peradaban ribuan tahun sebelum masehi bahkan mampu melebihi atau menyaingi peradaban bangsa yunani dan mesir yang berumur sekitar 5000-4000SM.
Hal ini diperkuat dengan adanya bukti-bukti yang menandakan bahwa peradaban manusia di nusantara juga patut disandingkan dengan peradaban manusia di mesir, yunani ataupun cina. Dengan diketemukannya sebuah keris di kuil Okinawa jepang, setidaknya menjadi perbincangan hangat dikalangan ahli sejarah di
Penemuan keris di kuil Okinawa, Jepang
Setidaknya tidak hanya sampai disitu saja, penemuan
Penemuan lain juga ditemukan di beberapa daerah di Afrika dimana didaerah tersebut terdapat beberapa tanaman endemik khas nusantara dan diketemukannya kapal yang hampir mirip dengan kapal pinisi dan terbuat dari kayu jati. Bahkan dalam buku “The Phantom Voyager” karya Robert Dick-Read yang telah diterjemahkan leh Mizan dengan judul “Penjelajah Bahari. Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika” dengan jelas digambarkan bagaimana dan mengapa para penjelajah nusantara pada abad 5 bahkan di duga jauh sebelum sudah mampu mencapai afrika bahkan melewati tanjung harapan yang baru mampu di lewati bangsa Eropa 1000 tahun kemudian. Tentu saja prediksi Robert Dick Read tidak terlalu mencengangkan jika melihat bagaimana Anak-anak suku bajo ketika masih berusia 1-2 tahun bahkan sudah belajar berenang. Selain kemampuan beradaptasi di laut tentunya juga ditunjang dengan kemampuan membuat kapal kayu yang mampu mengarungi samudra. Replika ‘kapal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar