“Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.”(plato)
Kurang lebih setidaknya terdapat hampir 50.000 buku dan berbagai tulisan di media cetak maupun Novel diseluruh dunia yang menuliskan tentang misteri benua atlantis. Plato filsuf asal yunani yang menceritakan bagaimana benua Atlantis yang maju dan makmur, negri atau kerajaan dengan peradaban manusia yang melebihi pada zamannya hancur hanya dalam satu malam karena bencana alam yang sangat dasyat.
Kisah Plato tentang benua Atlantis yang hilang itu cukup menggemparkan pada masa itu 2000SM, setidaknya para ilmuwan dan filsafat berdebat mengenai cerita Plato tersebut. Hingga pada abad pertengahan pencarian dan berbagai tulisan mengenai benua atlantis yang hilang ini mereda. Namun kembali gencar dan panas kembali pada tahun 1800an, dimna para ahli ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology mencari dimana sebetulnya letak benua yang hilanag tersebut seperti yang dikisahkan oleh Plato.
Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa benua yang hilang itu terdapat di kepulauan
Menurutnya ini adalah iklan gratis untuk memperkenalkan Negara
Prof. Santos menyimpulkan bahwa selain kekayaan hasil alam, emas, Batu mulia yang membuat prediksi Santos mendekati kebenaran adalah terdapat beberapa gunung yang masih aktif di Indonesia, gunung krakatau yang terkenal di dunia akibat letusannya yang dahsyat sekitar 1800an, bahkan konon letusannya 50X dari bom Hiroshima dan menyebabkan tsunami. Santos menyimpulkan bahwa 10.000SM gunung krakatau juga telah meletus bahkan lebih dahsyat dari tahun 1800an selain gunung krakatau, juga meletus gunung bromo, sumbing dan beberapa gunung lainnya. Dari hasil tersebut maka terpisahlah benua Atlantis menjadi beberapa pulau yang kini menjadi kepulauan nusantara atau Negara
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Suku Aryan yang bermigrasi ke
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka. Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.
Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’
Jika pernyataan Prof. Santos ini benar, maka jika kita membaca dari berbagai kitab suci yang mencritakan bencana banjir Nabi Nuh juga disimpilkan terjadi sekitar 11.000-10.000SM yang menenggelamkan sebagian daratan di muka bumi ini karena akibat dari ulah manusia yang tak taat dengan perintah Tuhan sang pencipta alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar