profil

Minggu, 27 Mei 2012

tugas 3 - akuntansi internasional

Neraca Perdagangan Internasional

Sekilas Perdagangan Indonesia-Korea Selatan
Total Perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2011 mencapai USD 29,4 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD 16,4 miliar dan impor sebesar USD 12,9 miliar, atau naik 44,93% dibandingkan total perdagangan pada 2010 sebesar USD 20,3 miliar. Tren total perdagangan kedua negara selama 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011) positif sebesar 25,11%.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Korsel sejak 2007 hingga 2011 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami surplus perdagangan. Neraca perdagangan tahun 2011 surplus bagi Indonesia sebesar USD 3,4 miliar.
Komoditi ekspor utama Indonesia ke Korsel antara lain coal; briquettes; copper ores; chemical wood pulp; natural rubber; balata; paper and paperboard; plywood; cotton yarn; coconut; palm kernel as well as manufactured products such as footwear; textiles and garments; and furniture.
Sementara, komoditi impor utama Indonesia dari Korsel adalah suitable for use solely; electronic application for line telephony; synthetic rubber; electronic integrated circuits; and other knitted or crocheted fabrics; woven fabrics of synthetic filament yarn; and polyacetals, other polyethers.
Di bidang investasi, Korsel merupakan investor terbesar keenam di Indonesia dengan nilai akumulasi investasi sebesar USD 3,35 miliar selama periode 10 tahun terakhir (2000-2010) dengan 1.400 proyek. Pada 2011, Korea menempati posisi investor terbesar kelima dengan realisasi investasi USD 1,2 milliar.
Investasi Korea meliputi sektor metal industry, machinery and electronics; chemical and pharmaceutical industry; textile, leather and garment industry; footwear; food industry; rubber and plastics industry; dan construction and telecommunication as well as transport equipment.
Analisisnya = terjadi kenaikkan surplus dengan korea selatan sebesar USD 3,4 miliar,, ini sangat menguntungkan bagi Indonesia
 

Neraca Perdagangan Indonesia-Aljazair Capai US$ 108.97 Ribu pada 2009

Hubungan bilateral perdagangan Indonesia–Aljazair cukup baik dan terus meningkat. Kondisi tersebut dilatarbelakangi masih tingginya kebutuhan masyarakat dan pangsa pasar dalam negeri Aljazair terhadap komoditas dan produk yang dihasilkan oleh mitranya dari luar negeri termasuk Indonesia. Bagaimana meningkatkan neraca perdagangan Indonesia? Oktafiani Herlina

            Jakarta–Neraca perdagangan Indonesia-Aljazair mencapai US$ 108,97 ribu pada 2009 dengan tren ekspor sebesar 17,56% pada periode 2005-2009. Sedangkan total nilai perdagangan antara kedua negara pada 2009 mencapai US$ 217,61 ribu, dengan nilai ekspor Indonesia ke Spanyol mencapai US$ 163,29 ribu dan impor Indonesia dari Spanyol sebesar US$ 54,32 ribu. Untuk meningkatkan neraca perdagangan, Indonesia ikut serta dalam  pameran Foire International d’Alger di Aljazair pada 2 sampai 7 Juni 2010 sebagai upaya untuk memperluas pasar Afrika khususnya Aljazair. Pameran ini menyajikan berbagai produk dari tujuh perusahaan Indonesia.
            Tujuh perusahaan tersebut antara lain, PT. International Chemical Industry (Battery), N & A Design (Moslem Wear for ladies), PT. Inti Jaringmas Fishing Net Industry (Fishing Net, Fishing Line),  PT. Multisrada Arah Sarana Tbk (Archilles, Corsa & Strada Car & Motorcycle Tyre), PT. Indofood Sukses Makmur (Processed Food), PT. Indobatt Industri Permai (Automotive battery) dan PT. Mayora Indah Tbk (Kopiko).
            Perusahan ini siap berkompetisi dan bersaing merebut pasar Afrika yang diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam memasuki pasar baru dan dapat meningkatkan citra produk Indonesia di pasar dunia khususnya Afrika bagian Utara khususnya Aljazair. “Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) pernah mengikuti secara aktif pada pameran ini sejak tahun 2002 s/d 2006. Hubungan bilateral perdagangan Indonesia–Aljazair cukup baik dan terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh masih tingginya kebutuhan masyarakat dan pangsa pasar dalam negeri Aljazair terhadap komoditas dan produk yang dihasilkan oleh mitranya dari luar negeri termasuk Indonesia. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi peningkatan ekspor Indonesia,” kata Kepala BPEN, Hesti Indah Kresnarini,dalam siaran persnya pada 4 Juni 2010, di Jakarta. 
            Jumlah peserta pameran ini terus meningkat setiap tahunnya, terutama perusahaan dari luar negeri. Perusahaan-perusahaan tersebut memanfaatkan ajang yang internasional ini untuk mempromosikan produk mereka ke pasar Aljazair dan kalangan potensial buyers dari negara-negara sekitar Aljazair yang juga merupakan pasar yang potensial seperti Maroko, Tunisia, Libya dan Mesir. BPEN melakukan konsolidasi persiapan kegiatan di dalam dan luar negeri untuk memaksimalkan pameran. Untuk persiapan di luar negeri, BPEN melakukan kerjasama dengan KBRI di Aljazair. Kegiatan yang dilakukan oleh KBRI membantu menjembatani pihak organizer maupun kalangan dunia usaha di wilayah Aljazair serta memberikan informasi potential buyers kepada peserta pameran Indonesia.
 Analisisnya = hubungan bilateral antara kedua negara ini sangat baek sehingga mengakibatkan surplus bagi Indonesia

Ekonomi Afrika Selatan dan
Potensi Peningkatan Perdagangan dengan Indonesia
Afrika Selatan (Afsel) merupakan ekonomi terbesar di benua Afrika dengan GDP sebesar 25 persen dari total GDP Afrika.  Dari total produksi benua Afrika, Afsel menghasilkan 40 persen industri manufaktur, 45 persen industri pertambangan dan 50 persen listrik.   Ekonomi Afrika Selatan diikuti dengan Alger, Nigeria, Mesir dan Maroko.  Dalam jajaran dunia, laporan IMF 2006 menempatkan Afrika Selatan sebagai ekonomi menengah dengan ranking ke-29 setelah Denmark dan sebelum Irlandia dan Argentina. 
         Beberapa Indikator Penting
GDP 2006                                   : 255.155 miliar USD
GDP 2006 y-o-y                          : naik 5 persen
GDP Kuartal I 2007      y-o-y       : naik 4.7 persen
GDP/kapita 2006                         : 5.383 ribu USD
Jumlah Penduduk 2007                : 47.4 juta orang
Jumlah Pengangguran                  : 25.5 persen 
Inflasi bulan Mei 2007                  : 6.9 persen dibandingkan Mei 2006
Neraca Perdagangan                    : - 17.885 miliar USD (defisit)
Defisit Perdagangan/GDP              : 6 persen                   
Ekonomi Dalam Negeri
Pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan telah berlangsung selama 33 kuartal menandakan rekor pertumbuhan ekonomi yang terlama dicatat dalam sejarah Afrika Selatan.  Tiga tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi terjadi lebih cepat dengan rata-rata sebesar 5 persen.  Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi Afsel hingga tahun 2010 dapat mencapai target pertumbuhan 6 persen per tahun. 
Perdagangan Luar Negeri
Total nilai perdagangan luar negeri Afrika Selatan pada triwulan pertama tahun 2007 sebesar 241.597 miliar Rand (34.513 miliar USD) atau naik 40.2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  Pada triwulan tersebut, ekspor tercatat sebesar 113.499 miliar Rand (16.214 miliar USD) dan impor sebesar 128.098 miliar Rand (18.299 miliar USD).  Sedangkan total perdagangan Afrika Selatan tahun 2006 adalah sebesar 861.568 miliar Rand (123.081 miliar USD) atau kenaikan sebanyak 26.13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  Tahun yang sama ekspor sebesar 396.528 miliar Rand atau naik 19.6 persen dan
Adapun produk ekspor utama Afrika Selatan yaitu: 
·        batu permata,
·        besi dan baja,
·        bahan bakar mineral,
·        perlengkapan industri nuklir,
·        kendaraan bermotor,
·        biji besi dan aluminium,
·        alat mesin elektronik dan
·        buah-buahan. 
Sedangkan impor utama Afrika Selatan yaitu: 
·        perlengkapan industri nuklir,
·        bahan bakar minyak, 
·        kendaraan bermotor, 
·        alat mesin elektronik,
·        suku cadang kategori khusus untuk kendaraan bermotor,
·        alat ukur dan lensa optik khusus,
·        produk-produk terbuat dari plastik,
·        obat-obatan,
·        batu permata, dan 
·        besi.
Hubungan Bilateral Indonesia – Afrika Selatan
·        Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Afrika Selatan pada triwulan pertama tahun 2007 adalah sebesar 1.276 miliar Rand (182,28 juta USD) atau naik sebesar 54.19 persen dibandingkan periode yang tahun sebelumnya.  Ekspor Afrika Selatan ke Indonesia sebesar 390.575 juta Rand (55.79 juta USD) atau naik 5.1 persen dibandingkan tahun sebelumnya (tabel 5).  Sedangkan ekspor Indonesia sebesar 885.947 juta Rand (126.56 juta USD) atau naik 17.9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 
·        Nilai perdagangan Indonesia-Afrika Selatan tahun 2006 adalah 4.492 miliar Rand (641 juta USD) atau kenaikan sebesar 16.5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  Pada tahun tersebut, ekspor Indonesia sebesar 3.005 miliar Rand (429 juta USD) atau naik 32.5 persen dibandingkan tahun sebelumnya (tabel 6).  Pangsa pasar Indonesia Ekspor Indonesia tahun 2006 adalah sebesar 0.65 persen dari seluruh impor Afrika Selatan.
·        Kegiatan perdagangan bilateral semenjak tahun 1992 hingga sekarang terus menerus meningkat. Semenjak tahun 1999 ekspor Indonesia ke Afrika Selatan mengalami surplus dibandingkan ekspor produk Afrika Selatan ke Indonesia.  Ekspor Afrika Selatan juga mengalami peningkatan walaupun tidak setinggi Indonesia.  Neraca perdagangan sejak tahun 1999 lebih besar dan lebih menguntungkan pihak Indonesia.  Pada tahun 2006 terjadi peningkatan ekspor Indonesia yang cukup besar bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
 Adapun ekspor utama Afrika Selatan ke Indonesia yaitu:
·        pulp of wood,
·        produk mineral,
·        basemetal,
·        produk tekstil,
·        alat mesin elektronik,
·        produk sayur-sayuran,
·        produk kimia,
·        produk plastik,
·        kendaraan bermotor dan
·        produk terbuat dari batu-batuan/ceramik.
 Produk ekspor Indonesia ke Afrika Selatan yaitu:
·        palm oil;
·        kendaraan bermotor,
·        produk terbuat dari plastik,
·        alat mesin elektronik,
·        pulp of wood,
·        produk tekstil,
·        produk terbuat dari batu, semen dan keramik,
·        suku cadang kategori khusus untuk kendaraan bermotor,
·        aneka produk manufaktur dan
·        produk kimia.
Strategi Penetrasi Pasar
·        Berkat perkembangan ekonomi yang positif dan didukung dengan infrastruktur modern serta pengusaan teknologi, pasar Afrika Selatan mempunyai potensi yang cukup besar untuk menyerap peningkatan produk-produk ekspor Indonesia. 
·        Sejak hadirnya pemerintahan demokratis pada tahun 1994, telah muncul kelas ekonomi menengah baru yang inovatif dan konsumtif.  Mereka umumnya berusaha di bidang jasa keuangan, konstruksi, properti, perhotelan, telekomunikasi dan bekerja pada perusahaan-perusahaan asing yang mempunyai perwakilan di Afsel. Mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan dan memiliki selera dan daya beli yang relatif tinggi.  Produk-produk buatan Indonesia sudah mulai dikenal oleh masyarakat namun perlu upaya-upaya yang lebih giat untuk memasarkannya.  Beberapa produk Indonesia sudah mulai dikenal karena mutunya yang baik.
·        Dalam rangka kejuaraan sepak bola dunia 2010, Afrika Selatan tengah giat melakukan berbagai pembangunan infrastruktur, antara lain pembangunan infrastruktur jalanan, stadion sepak bola, perbaikan pelabuhan udara dan laut, penambahan pembangkit energi listrik dan kereta api cepat Gautrain yang menghubungi Johannesburg dengan kota-kota sekelilingnya.  Peningkatan pembangunan tersebut diikuti dengan pembangunan dan konstruksi perhotelan, perkantoran dan perumahan oleh pihak swasta. 
·        Dikaitkan dengan kejuaraan dunia sepak bola 2010, kebutuhan bahan bangunan dan tenaga kerja terampil serta profesional dirasakan semakin mendesak.  Di samping itu, kejuaraan 2010 membuka peluang untuk produk-produk suvenir, alat olahraga, dekorasi dan furniture hotel-hotel baru.
·        Penetrasi pasar Afrika Selatan juga berarti peluang produk Indonesia untuk dikenal lebih luas di negara-negara Afrika bagian selatan lainnya.  Afrika Selatan memiliki letak yang strategis di benua Afrika yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk untuk kawasan Afrika bagian selatan, yaitu Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Anggola, Zambia dan Malawi.  Banyak perusahaan multi nasional dan lembaga keuangan internasional memiliki kantor perwakilan di Afrika Selatan untuk melancarkan kegiatan mereka di benua ini. 
·        Peluang khusus, yaitu terdapat sekitar 1.5 juta warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cape Malay.  Mereka umumnya tertarik untuk menggunakan produk buatan Indonesia.  Kesempatan ini dapat dimanfaatkan melalui Cape Malay untuk show-case produk-produk Indonesia.
·         Upaya mendekatkan diri dan penetrasi pasar juga bisa dilakukan melalui kehadiran pada pameran-pameran internasional dan kunjungan delegasi dagang ke Afrika Selatan.  Dari pengalaman beberapa kali misi pameran Indonesia ke Afrika Selatan, kiranya kunjungan misi dagang berikutnya lebih ditekankan pada pertemuan dan kegiatan temu usaha dengan para wholesalers atau kelompok usaha untuk memperluas peluang bisnis di antara kedua negara.
Hambatan dan Tantangan
·        Hambatan eksternal bagi masuknya produk Indonesia adalah kurangnya pemahaman kedua belah pihak akan potensi hubungan perdagangan dan investasi yang ada antara Afrika Selatan dengan Indonesia.  Masyarakat Afsel masih banyak yang miskin dan lebih mementingkan harga murah ketimbang kualitas.  Sebaliknya masyarakat kelompok penghasilan menengah ke atas sudah mulai melirik produk-produk yang bermutu dengan corak dan kemasan yang modern. 
·        Hambatan berikutnya adalah kecenderungan Pemerintah Afrika Selatan untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk-produk impor. Pemerintah Afrika Selatan mulai tahun 2007 memberikan kuota impor bagi produk-produk garmen asal China.  Hal ini dilakukan untuk membangkitkan kembali industri tekstil dan garmen dalam negeri yang telah berhenti produksi akibat masuknya impor garmen murah dari China.
·        Kebanyakan produk buatan Indonesia di pasar Afrika Selatan mengalami persaingan yang cukup ketat dengan hadirnya produk-produk serupa berasal dari China, Malaysia, Singapura, Thailand dan India. 
·        Hambatan internal yang datang dari pihak Indonesia sendiri, yaitu kualitas produk yang kerapkali tidak sesuai dengan pesanan.  Demikian juga kerap terjadi keterlambatan pengiriman dan pemutusan kontrak sepihak oleh pengusaha Indonesia.  Hambatan lainnya adalah masalah komunikasi dan pengusaha Indonesia belum banyak memanfaatkan komunikasi e-mail dan showcase produk mereka melalui internet.
·        Untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, pemerintah kedua negara telah membentuk Joint Trade Committee pada tanggal 23 Mei 2006 yang tugasnya adalah membahas dan meniadakan hambatan dan tantangan dalam hubungan perdagangan bilateral serta mencari peluang-peluang baru.  Untuk mefasilitasi perdagangan,  Bank Mandiri Indonesia dan Standard Bank South Africa telah menandatangani kerjasama MoU perbankan. Hal ini berarti pembayaran langsung transaksi perdagangan sudah bisa dilakukan.  Bank Mandiri juga melakukan kerjasama yang sama dengan First National Bank dan ABSA.
·        Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa pasar Afrika Selatan memberikan peluang yang cukup besar untuk meningkatnya masuk produk-produk buatan Indonesia.  Peluang tersebut juga dilirik oleh negara-negara pesaing Indonesia lainnya.  Peningkatan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan merupakan perkembangan yang positif dan perlu dipertahankan dengan lebih giat melakukan upaya-upaya terobosan.  Pihak konsumer Afrika Selatan masih melihat negara-negara produser besar seperti Jepang, China, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan India. 
·        Produk Indonesia yang sudah berada di pasar Afsel berpeluang besar untuk meningkat karena pangsa pasar yang diserap oleh produk-produk Indonesia masih relatif sangat kecil.  Selain itu, masih banyak produk-produk Indonesia yang belum dikenal di pasar seperti medicinal herbs, essential oils, jewelry, produk makanan, rempah-rempah, produk makanan, minuman dan alat-alat kesehatan.
·         Faktor hambatan yang kelihatannya lebih menonjol dalam upaya penetrasi pasar Afrika Selatan adalah pemahaman yang relatif belum baik atas potensi perdagangan bilateral Indonesia – Afrika Selatan.  Di pihak Indonesia, Afrika Selatan cenderung dipersepsikan sebagaimana negara Afrika lainnya yang belum berkembang dan miskin.  Perlu lebih banyak pengusaha-pengusaha Indonesia yang datang melihat langsung potensi dan peluang pasar di Afrika Selatan.  Sebaliknya,  pengusaha Afrika Selatan sudah mulai mengenal Indonesia sebagai destinasi turis internasional dan tempat sourcing untuk berbagai kebutuhan pasar dalam negeri.  Kunjungan turis maupun pelaku bisnis ke Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 
·        Business-traveler ke Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.  KBRI mencatat ada cukup banyak orang yang melakukan kunjungan bisnis ke Indonesia beberapa kali dalam setahun.
Analisisnya= contoh yang ketiga dengan negara Afrika Selatan, juga menunjukkan terjadinya surplus bagi Indonesia,, ini bisa terjadi akibat hubungan bilateral yang cukup baik.