Sekilas Perdagangan Indonesia-Korea Selatan
Total Perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2011
mencapai USD 29,4 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD 16,4 miliar dan impor
sebesar USD 12,9 miliar, atau naik 44,93% dibandingkan total perdagangan pada
2010 sebesar USD 20,3 miliar. Tren total perdagangan kedua negara selama 5 (lima) tahun terakhir
(2007-2011) positif sebesar 25,11%.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Korsel sejak 2007
hingga 2011 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami surplus perdagangan. Neraca
perdagangan tahun 2011 surplus bagi Indonesia sebesar USD 3,4 miliar.
Komoditi ekspor utama Indonesia ke Korsel antara lain coal;
briquettes; copper ores; chemical wood pulp; natural rubber; balata; paper and
paperboard; plywood; cotton yarn; coconut; palm kernel as well as manufactured
products such as footwear; textiles and garments; and furniture.
Sementara, komoditi impor utama Indonesia dari
Korsel adalah suitable for use solely; electronic application for line
telephony; synthetic rubber; electronic integrated circuits; and other knitted
or crocheted fabrics; woven fabrics of synthetic filament yarn; and
polyacetals, other polyethers.
Di bidang investasi, Korsel merupakan investor
terbesar keenam di Indonesia dengan nilai akumulasi investasi sebesar USD 3,35
miliar selama periode 10 tahun terakhir (2000-2010) dengan 1.400 proyek. Pada
2011, Korea
menempati posisi investor terbesar kelima dengan realisasi investasi USD 1,2
milliar.
Investasi Korea meliputi sektor metal industry,
machinery and electronics; chemical and pharmaceutical industry; textile,
leather and garment industry; footwear; food industry; rubber and plastics
industry; dan construction and telecommunication as well as transport
equipment.
Analisisnya = terjadi kenaikkan surplus dengan korea selatan sebesar USD 3,4 miliar,, ini sangat menguntungkan bagi Indonesia
Neraca Perdagangan Indonesia-Aljazair Capai US$ 108.97 Ribu pada 2009
Hubungan bilateral perdagangan
Indonesia–Aljazair cukup baik dan terus meningkat. Kondisi tersebut
dilatarbelakangi masih tingginya kebutuhan masyarakat dan pangsa pasar dalam
negeri Aljazair terhadap komoditas dan produk yang dihasilkan oleh mitranya
dari luar negeri termasuk Indonesia.
Bagaimana meningkatkan neraca perdagangan Indonesia? Oktafiani
Herlina
Jakarta–Neraca
perdagangan Indonesia-Aljazair mencapai US$ 108,97 ribu pada 2009 dengan tren
ekspor sebesar 17,56% pada periode 2005-2009. Sedangkan total nilai perdagangan
antara kedua negara pada 2009 mencapai US$ 217,61 ribu, dengan nilai ekspor Indonesia ke Spanyol mencapai US$ 163,29 ribu
dan impor Indonesia
dari Spanyol sebesar US$ 54,32 ribu. Untuk meningkatkan neraca perdagangan,
Indonesia ikut serta dalam pameran Foire International d’Alger di
Aljazair pada 2 sampai 7 Juni 2010 sebagai upaya untuk memperluas pasar Afrika
khususnya Aljazair. Pameran ini menyajikan berbagai produk dari tujuh
perusahaan Indonesia.
Tujuh
perusahaan tersebut antara lain, PT. International Chemical Industry (Battery), N & A Design (Moslem Wear for ladies), PT.
Inti Jaringmas Fishing Net Industry (Fishing Net, Fishing Line), PT.
Multisrada Arah Sarana Tbk (Archilles, Corsa & Strada Car & Motorcycle
Tyre), PT. Indofood Sukses Makmur (Processed Food), PT. Indobatt Industri
Permai (Automotive battery) dan PT. Mayora Indah Tbk (Kopiko).
Perusahan
ini siap berkompetisi dan bersaing merebut pasar Afrika yang diharapkan dapat
menjadi ujung tombak dalam memasuki pasar baru dan dapat meningkatkan citra
produk Indonesia
di pasar dunia khususnya Afrika bagian Utara khususnya Aljazair. “Badan
Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) pernah mengikuti secara aktif pada pameran
ini sejak tahun 2002 s/d 2006. Hubungan bilateral perdagangan
Indonesia–Aljazair cukup baik dan terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut
dilatarbelakangi oleh masih tingginya kebutuhan masyarakat dan pangsa pasar
dalam negeri Aljazair terhadap komoditas dan produk yang dihasilkan oleh
mitranya dari luar negeri termasuk Indonesia. Dari kegiatan ini
diharapkan dapat memberi kontribusi bagi peningkatan ekspor Indonesia,”
kata Kepala BPEN, Hesti Indah Kresnarini,dalam siaran persnya pada 4 Juni 2010,
di Jakarta.
Jumlah
peserta pameran ini terus meningkat setiap tahunnya, terutama perusahaan dari
luar negeri. Perusahaan-perusahaan tersebut memanfaatkan ajang yang
internasional ini untuk mempromosikan produk mereka ke pasar Aljazair dan
kalangan potensial buyers dari negara-negara sekitar Aljazair yang juga
merupakan pasar yang potensial seperti Maroko, Tunisia, Libya dan Mesir. BPEN melakukan
konsolidasi persiapan kegiatan di dalam dan luar negeri untuk memaksimalkan
pameran. Untuk persiapan di luar negeri, BPEN melakukan kerjasama dengan KBRI
di Aljazair. Kegiatan yang dilakukan oleh KBRI membantu menjembatani pihak
organizer maupun kalangan dunia usaha di wilayah Aljazair serta memberikan
informasi potential buyers kepada peserta pameran Indonesia.
Analisisnya = hubungan bilateral antara kedua negara ini sangat baek sehingga mengakibatkan surplus bagi Indonesia
Ekonomi Afrika Selatan dan
Potensi Peningkatan Perdagangan dengan Indonesia
Afrika Selatan (Afsel) merupakan ekonomi terbesar di benua Afrika dengan
GDP sebesar 25 persen dari total GDP Afrika. Dari total produksi benua
Afrika, Afsel menghasilkan 40 persen industri manufaktur, 45 persen industri
pertambangan dan 50 persen listrik. Ekonomi Afrika Selatan diikuti
dengan Alger, Nigeria, Mesir dan Maroko. Dalam jajaran dunia, laporan IMF
2006 menempatkan Afrika Selatan sebagai ekonomi menengah dengan ranking ke-29
setelah Denmark dan sebelum Irlandia dan Argentina.
Beberapa Indikator Penting
GDP
2006
: 255.155 miliar USD
GDP 2006 y-o-y
: naik 5 persen
GDP Kuartal I 2007
y-o-y : naik 4.7
persen
GDP/kapita
2006
: 5.383 ribu USD
Jumlah Penduduk
2007 : 47.4 juta orang
Jumlah Pengangguran : 25.5 persen
Inflasi bulan Mei
2007 : 6.9 persen dibandingkan Mei 2006
Neraca Perdagangan : - 17.885 miliar USD (defisit)
Defisit
Perdagangan/GDP : 6 persen
Ekonomi Dalam Negeri
Pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan telah berlangsung selama 33 kuartal
menandakan rekor pertumbuhan ekonomi yang terlama dicatat dalam sejarah Afrika
Selatan. Tiga tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi terjadi lebih cepat
dengan rata-rata sebesar 5 persen. Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi
Afsel hingga tahun 2010 dapat mencapai target pertumbuhan 6 persen per
tahun.
Perdagangan Luar Negeri
Total nilai perdagangan luar negeri Afrika Selatan pada triwulan pertama
tahun 2007 sebesar 241.597 miliar Rand (34.513 miliar USD) atau naik 40.2
persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan tersebut, ekspor tercatat
sebesar 113.499 miliar Rand (16.214 miliar USD) dan impor sebesar 128.098
miliar Rand (18.299 miliar USD). Sedangkan total perdagangan Afrika
Selatan tahun 2006 adalah sebesar 861.568 miliar Rand (123.081 miliar USD) atau
kenaikan sebanyak 26.13 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun yang
sama ekspor sebesar 396.528 miliar Rand atau naik 19.6 persen dan
Adapun produk ekspor utama Afrika
Selatan yaitu:
·
batu permata,
·
besi dan baja,
·
bahan bakar mineral,
·
perlengkapan industri nuklir,
·
kendaraan bermotor,
·
biji besi dan aluminium,
·
alat mesin elektronik dan
·
buah-buahan.
Sedangkan impor utama Afrika
Selatan yaitu:
·
perlengkapan industri nuklir,
·
bahan bakar minyak,
·
kendaraan bermotor,
·
alat mesin elektronik,
·
suku cadang kategori khusus untuk kendaraan bermotor,
·
alat ukur dan lensa optik khusus,
·
produk-produk terbuat dari plastik,
·
obat-obatan,
·
batu permata, dan
·
besi.
Hubungan Bilateral Indonesia –
Afrika Selatan
·
Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Afrika Selatan pada
triwulan pertama tahun 2007 adalah sebesar 1.276 miliar Rand (182,28 juta USD)
atau naik sebesar 54.19 persen dibandingkan periode yang tahun
sebelumnya. Ekspor Afrika Selatan ke Indonesia sebesar 390.575 juta Rand
(55.79 juta USD) atau naik 5.1 persen dibandingkan tahun sebelumnya (tabel
5). Sedangkan ekspor Indonesia sebesar 885.947 juta Rand (126.56 juta
USD) atau naik 17.9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
·
Nilai perdagangan Indonesia-Afrika Selatan tahun 2006
adalah 4.492 miliar Rand (641 juta USD) atau kenaikan sebesar 16.5 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun tersebut, ekspor Indonesia
sebesar 3.005 miliar Rand (429 juta USD) atau naik 32.5 persen dibandingkan
tahun sebelumnya (tabel 6). Pangsa pasar Indonesia Ekspor Indonesia tahun
2006 adalah sebesar 0.65 persen dari seluruh impor Afrika Selatan.
·
Kegiatan perdagangan bilateral semenjak tahun 1992 hingga
sekarang terus menerus meningkat. Semenjak tahun 1999 ekspor Indonesia ke
Afrika Selatan mengalami surplus dibandingkan ekspor produk Afrika Selatan ke
Indonesia. Ekspor Afrika Selatan juga mengalami peningkatan walaupun
tidak setinggi Indonesia. Neraca perdagangan sejak tahun 1999 lebih besar
dan lebih menguntungkan pihak Indonesia. Pada tahun 2006 terjadi
peningkatan ekspor Indonesia yang cukup besar bila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Adapun ekspor utama Afrika Selatan ke Indonesia yaitu:
·
pulp of wood,
·
produk mineral,
·
basemetal,
·
produk tekstil,
·
alat mesin elektronik,
·
produk sayur-sayuran,
·
produk kimia,
·
produk plastik,
·
kendaraan bermotor dan
·
produk terbuat dari batu-batuan/ceramik.
Produk ekspor Indonesia ke
Afrika Selatan yaitu:
·
palm oil;
·
kendaraan bermotor,
·
produk terbuat dari plastik,
·
alat mesin elektronik,
·
pulp of wood,
·
produk tekstil,
·
produk terbuat dari batu, semen dan keramik,
·
suku cadang kategori khusus untuk kendaraan bermotor,
·
aneka produk manufaktur dan
·
produk kimia.
Strategi Penetrasi Pasar
·
Berkat perkembangan ekonomi yang positif dan didukung
dengan infrastruktur modern serta pengusaan teknologi, pasar Afrika Selatan
mempunyai potensi yang cukup besar untuk menyerap peningkatan produk-produk
ekspor Indonesia.
·
Sejak hadirnya pemerintahan demokratis pada tahun 1994,
telah muncul kelas ekonomi menengah baru yang inovatif dan konsumtif.
Mereka umumnya berusaha di bidang jasa keuangan, konstruksi, properti,
perhotelan, telekomunikasi dan bekerja pada perusahaan-perusahaan asing yang
mempunyai perwakilan di Afsel. Mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan dan
memiliki selera dan daya beli yang relatif tinggi. Produk-produk buatan
Indonesia sudah mulai dikenal oleh masyarakat namun perlu upaya-upaya yang
lebih giat untuk memasarkannya. Beberapa produk Indonesia sudah mulai
dikenal karena mutunya yang baik.
·
Dalam rangka kejuaraan sepak bola dunia 2010, Afrika
Selatan tengah giat melakukan berbagai pembangunan infrastruktur, antara lain
pembangunan infrastruktur jalanan, stadion sepak bola, perbaikan pelabuhan
udara dan laut, penambahan pembangkit energi listrik dan kereta api cepat Gautrain
yang menghubungi Johannesburg dengan kota-kota sekelilingnya. Peningkatan
pembangunan tersebut diikuti dengan pembangunan dan konstruksi perhotelan,
perkantoran dan perumahan oleh pihak swasta.
·
Dikaitkan dengan kejuaraan dunia sepak bola 2010,
kebutuhan bahan bangunan dan tenaga kerja terampil serta profesional dirasakan
semakin mendesak. Di samping itu, kejuaraan 2010 membuka peluang untuk
produk-produk suvenir, alat olahraga, dekorasi dan furniture hotel-hotel baru.
·
Penetrasi pasar Afrika Selatan juga berarti peluang
produk Indonesia untuk dikenal lebih luas di negara-negara Afrika bagian
selatan lainnya. Afrika Selatan memiliki letak yang strategis di benua
Afrika yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk untuk kawasan Afrika bagian
selatan, yaitu Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Anggola, Zambia dan
Malawi. Banyak perusahaan multi nasional dan lembaga keuangan
internasional memiliki kantor perwakilan di Afrika Selatan untuk melancarkan
kegiatan mereka di benua ini.
·
Peluang khusus, yaitu terdapat sekitar 1.5 juta warga
negara Afrika Selatan keturunan Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Cape Malay. Mereka umumnya tertarik untuk menggunakan
produk buatan Indonesia. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan melalui Cape
Malay untuk show-case produk-produk Indonesia.
·
Upaya mendekatkan diri
dan penetrasi pasar juga bisa dilakukan melalui kehadiran pada pameran-pameran
internasional dan kunjungan delegasi dagang ke Afrika Selatan. Dari pengalaman
beberapa kali misi pameran Indonesia ke Afrika Selatan, kiranya kunjungan misi
dagang berikutnya lebih ditekankan pada pertemuan dan kegiatan temu usaha
dengan para wholesalers atau kelompok usaha untuk memperluas peluang bisnis di
antara kedua negara.
Hambatan dan Tantangan
·
Hambatan eksternal bagi masuknya produk Indonesia adalah
kurangnya pemahaman kedua belah pihak akan potensi hubungan perdagangan dan
investasi yang ada antara Afrika Selatan dengan Indonesia. Masyarakat
Afsel masih banyak yang miskin dan lebih mementingkan harga murah ketimbang
kualitas. Sebaliknya masyarakat kelompok penghasilan menengah ke atas
sudah mulai melirik produk-produk yang bermutu dengan corak dan kemasan yang
modern.
·
Hambatan berikutnya adalah kecenderungan Pemerintah
Afrika Selatan untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan
produk-produk impor. Pemerintah Afrika Selatan mulai tahun 2007 memberikan
kuota impor bagi produk-produk garmen asal China. Hal ini dilakukan untuk
membangkitkan kembali industri tekstil dan garmen dalam negeri yang telah
berhenti produksi akibat masuknya impor garmen murah dari China.
·
Kebanyakan produk buatan Indonesia di pasar Afrika Selatan
mengalami persaingan yang cukup ketat dengan hadirnya produk-produk serupa
berasal dari China, Malaysia, Singapura, Thailand dan India.
·
Hambatan internal yang datang dari pihak Indonesia
sendiri, yaitu kualitas produk yang kerapkali tidak sesuai dengan
pesanan. Demikian juga kerap terjadi keterlambatan pengiriman dan
pemutusan kontrak sepihak oleh pengusaha Indonesia. Hambatan lainnya
adalah masalah komunikasi dan pengusaha Indonesia belum banyak memanfaatkan
komunikasi e-mail dan showcase produk mereka melalui internet.
·
Untuk meningkatkan perdagangan dan investasi, pemerintah
kedua negara telah membentuk Joint Trade Committee pada tanggal 23 Mei 2006
yang tugasnya adalah membahas dan meniadakan hambatan dan tantangan dalam hubungan
perdagangan bilateral serta mencari peluang-peluang baru. Untuk
mefasilitasi perdagangan, Bank Mandiri Indonesia dan Standard Bank
South Africa telah menandatangani kerjasama MoU perbankan. Hal ini berarti
pembayaran langsung transaksi perdagangan sudah bisa dilakukan. Bank
Mandiri juga melakukan kerjasama yang sama dengan First National Bank
dan ABSA.
·
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa pasar Afrika
Selatan memberikan peluang yang cukup besar untuk meningkatnya masuk
produk-produk buatan Indonesia. Peluang tersebut juga dilirik oleh
negara-negara pesaing Indonesia lainnya. Peningkatan ekspor Indonesia ke
Afrika Selatan merupakan perkembangan yang positif dan perlu dipertahankan
dengan lebih giat melakukan upaya-upaya terobosan. Pihak konsumer Afrika
Selatan masih melihat negara-negara produser besar seperti Jepang, China, Korea
Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan India.
·
Produk Indonesia yang sudah berada di pasar Afsel
berpeluang besar untuk meningkat karena pangsa pasar yang diserap oleh
produk-produk Indonesia masih relatif sangat kecil. Selain itu, masih
banyak produk-produk Indonesia yang belum dikenal di pasar seperti medicinal
herbs, essential oils, jewelry, produk makanan, rempah-rempah, produk makanan,
minuman dan alat-alat kesehatan.
·
Faktor hambatan
yang kelihatannya lebih menonjol dalam upaya penetrasi pasar Afrika Selatan
adalah pemahaman yang relatif belum baik atas potensi perdagangan bilateral
Indonesia – Afrika Selatan. Di pihak Indonesia, Afrika Selatan cenderung
dipersepsikan sebagaimana negara Afrika lainnya yang belum berkembang dan
miskin. Perlu lebih banyak pengusaha-pengusaha Indonesia yang datang
melihat langsung potensi dan peluang pasar di Afrika Selatan. Sebaliknya,
pengusaha Afrika Selatan sudah mulai mengenal Indonesia sebagai destinasi turis
internasional dan tempat sourcing untuk berbagai kebutuhan pasar dalam
negeri. Kunjungan turis maupun pelaku bisnis ke Indonesia terus meningkat
setiap tahunnya.
·
Business-traveler ke Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. KBRI mencatat ada cukup banyak orang yang melakukan kunjungan
bisnis ke Indonesia beberapa kali dalam setahun.
Analisisnya= contoh yang ketiga dengan negara Afrika Selatan, juga menunjukkan terjadinya surplus bagi Indonesia,, ini bisa terjadi akibat hubungan bilateral yang cukup baik.