Yang dimaksud dengan perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial). Disamping itu harus dipahami bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim. Dengan demikian fenomena alam yang menimbulkan kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam suatu tahun (inter annual) dan El-Nino serta La-Nina yang dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter decadal) tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan iklim global.
Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi gelombang-pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi GRK.
Pendapat Para Ahli
Andrew Dobson, dari Princeton Univesity, mengatakan, perubahan cuaca dapat mempengaruhi ekosistem alam yang makin menguntungkan kelangsungan hidup penyakit menular. Bukti-bukti yang terkumpul bisa mencemaskan, manusia akan mendapat penyakit bersama-sama dengan makhluk lain.
Dalam tulisan di jurnal Science para ilmuwan mengemukakan contoh-contoh organisme menular dan virus yang berhubungan dengan beberapa jenis penyakit, kemudian berkembang pesat manakala terjadi kenaikan suhu udara meskipun sedikit.
Kebanyakan binatang penyebar penyakit ini, misalnya nyamuk, binatang pengerat dan kutu, sangat peka terhadap kenaikan suhu serta kelembaban. Pada saat terjadi kenaikan suhu, satwa pembawa penyakit ini akan menyebarkan bibit penyakit ke daerah baru dan memberikan dampak besar pada populasi margasatwa yang kekebalannya rentan. Masa reproduksi, pertumbuhan dan gigitan serangga rata-rata akan naik saat terjadi kenaikan suhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar